Dari jutaan pengguna Linux hanya sedikit yang tahu pengertian FOSS (Free Opensource Software), sisanya sekedar menggunakan Linux saja. Di Indonesia sendiri FOSS masing asing ditelinga kita, kalaupun ada yang tahu itupun mereka benar-benar Linux sejati yang mendalami dari awal hingga akhir baik itu mengenai sejarahnya dan software yang tersedia di dalamnnya.
Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, FOSS (Free Opensource Software) artinya software gratisan sumber terbuka yang boleh dipakai oleh siapapun dan pengguna bebas mengembangkan sendiri. Jadi bukan sekedar gratisan namun sumber terbuka berupa kode-kode pemrograman boleh dimodifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan penggunanya.
Karena FOSS inilah Linux tumbuh besar hingga sekarang, dukungan aplikasi dari beberapa pengembang membuat pengguna Linux mempunyai banyak pilihan aplikasi. Namun karena mereka tidak dibayar, hanya mendapatkan donasi dari yang peduli dengan Linux aplikasinya tidak secanggih di Windows.
Dalam beberapa kasus untuk keperluan grafis, aplikasi software di Linux sudah menyamai Windows namun untuk edit video belum menemukan software yang selengkap Adobe Premiere. Ada sih KdenLive namun fitur-fiturnya kalah jauh dengan Premiere. Karena alasan inilah tetap mempertahan dual boot Windows dan Linux dengan alasan apa yang kurang di Linux teratasi dengan Windows dan begitu juga sebaliknya.
Pengertian FOSS
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa free software di sini bermakna bebas. Artinya kita bebas untuk bisa melihat kode-kode sumber software tersebut untuk kemudian dikembangakan, bebas mendistribusikan, dan bebas dari lisensi yang bersifat propretiary.
Menurut David Wheeler, secara umum program yang dinamakan free software (perangkat lunak bebas) atau open source software (perangkat lunak sumber terbuka) adalah program yang lisensinya memberi kebebasan kepada pengguna menjalankan program untuk apa saja, mempelajari dan memodifikasi program, dan mendistribusikan penggandaan program asli atau yang sudah dimodifikasi tanpa harus membayar royalti kepada pengembang sebelumnya.
Sejarah FOSS
Gerakan FOSS dimulai dalam budaya hacker yang terjadi pada beberapa laboratorium ilmu komputer (Stanford, Berkeley, Carnegie Melion, dan MIT) ditahun 1960an dan 1970an. Komunitas pemrogram adalah kecil dan saling terkait secara dekat. Kode program disebar luaskan di antara anggota komunitas. Jika Anda membuat perbaikan, Anda diharapkan untuk mengirim kode Anda ke komunitas pengembang.
Sebelum 1960, sebagian besar perangkat lunak dapat diakses secara terbuka dan gratis karena alat perangkat lunak memerlukan upaya pengembangan yang relatif sederhana. Dengan semakin kompleksnya aplikasi perangkat lunak, ini mengarah pada upaya pengembangan paket perangkat lunak yang lebih besar, menjadikan lisensi perangkat lunak sebagai trend pasar.
Akhirnya, pengembang menemukan teknik untuk menghindari penggunaan perangkat lunak komputer multi, seperti penggunaan kunci produk dan aktivasi Internet. Dengan meluasnya penggunaan Internet, teknik ini menjadi penting bagi pengembang untuk mendapatkan kembali keuntungan dari upaya mereka.
Filosofi FOSS
Ada dua filosofi pokok pada kata FOSS, yaitu filosofi dari FSF (Free Software Foundation) atau Yayasan perangkat Lunak Bebas, dan filosofi dari OSI (Open Source Initiative) atau Inisiatif Sumber Terbuka. Kita mulai pembahasan dengan filosofi FSF, sesuai dengan urutan sejarah dan karena posisi FSF sebagai pionir dalam gerakan FOSS ini.
Tokoh utama gerakan FSF adalah Richard M. Stallman, sedangkan tokoh gerakan OSI adalah Eric S. Raymond dan Bruce Perens. Menurut FSF, perangkat lunak bebas mengacu pada kebebasan para penggunanya untuk menjalankan, menggandakan, menyebarluaskan/ menditribusikan, mempelajari, mengubah dan meningkatkan kinerja perangkat lunak. Tepatnya, mengacu pada empat jenis kebebasan bagi para pengguna perangkat lunak, yaitu:
- Kebebasan untuk menjalankan programnya untuk tujuan apa saja (kebebasan 0).
- Kebebasan untuk mempelajari bagaimana program itu bekerja serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan anda (kebebasan 1). Akses pada kode program merupakan suatu prasyarat.
- Kebebasan untuk menyebarluaskan kembali hasil salinan perangkat lunak tersebut sehingga dapat membantu sesama anda (kebebasan 2).
- Kebebasan untuk meningkatkan kinerja program, dan dapat menyebarkannya ke khalayak umum sehingga semua menikmati keuntungannya (kebebasan 3). Akses pada kode program merupakan suatu prasyarat juga.
Filosofi OSI agak berbeda karena ide dasar open source sangat sederhana. Jika para pemrogram dapat mempelajari, mendistribusikan ulang, dan mengubah kode sumber sebagian perangkat lunak, maka perangkat lunak itu berkembang. Masyarakat mengembangkannya, mengaplikasikannya, dan memperbaiki kelemahannya.
Model FOSS
Mengacu pada pengertian FOSS (Free and Open Source Software) di atas, model FOSS (Free and Open Source Software) ini menyediakan alat dan proses menarik yang dengannya perempuan dan laki-laki dapat membuat, bertukar, berbagi, dan mengeksploitasi perangkat lunak dan pengetahuan secara efisien dan efektif. FOSS dapat memainkan peran penting sebagai instrumen praktis untuk pembangunan karena aspirasi bebas dan terbukanya menjadikannya komponen alami dari upaya pembangunan dalam konteks Millennium Development Goals (MDGs).
Di bidang perangkat lunak, UNESCO memenuhi fungsi dasarnya sebagai laboratorium gagasan dan pembuat standar untuk membentuk perjanjian universal tentang masalah etika yang muncul dengan mendukung pengembangan dan penggunaan standar terbuka, interoperable, non-diskriminatif untuk penanganan informasi dan akses sebagai elemen penting dalam mengembangkan infrastruktur efektif yang berkontribusi pada praktik demokrasi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik.