Di kabupaten Trenggalek terdapat organisasi pencak silat dari berbagai perguruan yang anggotanya kebanyakan dari kalangan pelajar, seperti siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penulis yang sekaligus sebagai guru Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 2 Trenggalek sering mendampingi dan membimbing pelajar yang terlibat tawuran antar perguruan silat.
Sebenarnya tawuran silat melibatkan beberapa anggota baik dari pelajar maupun yang sudah menempuh pendidikan menengah. Namun fenomena yang terjadi akhir-akhir ini melibatkan anggota perguruan silat di usia pelajar, mungkin dikarenakan dalam usia tersebut emosinya sangat labil dan mudah terpengaruh oleh para provokator.
Pelajar yang tergabung dalam perguruan silat rata-rata tidak menyaring informasi dengan benar sehingga menyebabkan mis komunikasi antar perguruan. Informasi seperti ini biasanya cepat menyebar melalui grup WhatsApp dan Telegram.
Baca: Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak SMK
Mengatasnamakan solidaritas sesama anggota perguruan menyebabkan beberapa pelajar ikut tawuran, seperti belakangan ini terjadi pelemparan batu dari perguruan silat Pagar Nusa terhadap mobil elf rombongan pulang ziarah Wali. Dikiranya mobil yang lewat isinya anggota IKS PI Kera Sakti, namun salah sasaran.
Akibatnya mobil elf yang dilempar batu oleng dan terbalik, untungnya tidak ada korban yang meninggal namun sopirnya luka berat dan di bawa ke rumah sakit. Begitu juga anggora ziarah lain yang ada di mobil tersebut juga mengalami luka-luka, belum lagi kerugian kerusakan mobilnya.
Kasus lain terjadi di Blitar, Jawa Timur yang juga melibatkan pelajar dari SMK Negeri 2 Trenggalek. Pemicunya sepele, ketika pelajar tersebut membeli rokok di warung mengetahui penjualnya memakai kaos Cempaka Putih langsung direbut. Tuduhannya perampasan secara paksa yang mengakibatkan mendekam di tahanan.
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para pelajar. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Lalu mengapa tawuran antar perguruan silat ini bisa terjadi? Faktor apa sajakah yang menyebabkan tawuran antar perguruan silat? Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tawuran yang dilakukan? Dan bagaimanakah sikap kita mencari jawaban atas semua permasalahan-permasalahan tersebut? selengkapnya ada di dalam makalah ini dari awal sampai akhir.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tawuran?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab tawuran antar perguruan silat?
3. Apa saja dampak dari tawuran antar perguruan silat?
4. Apa saja hal-hal untuk menanggulangi tawuran silat?
Tujuan Penulisan
Setiap kegiatan pastilah ada tujuan tertentu yang ingin dicapai, demikian juga yang dilakukan penulis dalam pembuatan makalah ini. Adapun tujuan penulisan membuat makalah ini adalah bertujuan untuk:
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan tawuran silat
2. Agar dapat mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab tawuran silat, dampak tawuran dan hal-hal untuk menanggulangi tawuran.
Kosep Etika Sosial
Etika adalah suatu aturan yang diberlakukan dengan tujuan untuk menertibkan hubungan dengan orang lain agar bisa terjalin komunikasi yang baik dan akrab. Jadi etika sosial adalah peraturan yang dianut oleh suatu tatanan sosial yang merupakan hasil kreasi manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk menjaga hubungan suatu masyarakat yang baik dan harmonis.
Etika sosial berlaku dalam suatu komunitas tertentu dan mempunyai ciri tersendiri tergantung dimana orang tersebut tinggal dan adat istiadat yang berlaku di tempat tersebut. Seseorang yang tinggal disuatu tempat yang memiliki adat istiadat tertentu,maka harus mentaati etika sosial ditempat tersebut. Yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan hubungan antara anggota masyarakat.
Setiap tindakan yang kita lakukan harus sesuai dengan etika sosial yang berlaku didaerah tersebut. Dan masing-masing mempunyai aturan tersendiri untuk menjaga kehidupan yang baik di lingkungannya. Perilaku para generasi muda terutama pelajar telah melampaui sekat-sekat yang dilarang oleh hukum adat dan budaya, sebut saja perilaku tidak menghargai orang yang lebih dewasa dari mereka, kekuasaan dan kekayaan bisa saja dipergunakan oleh sebagian generasi untuk “menghina” orang yang seharusnya mereka hormati menurut adat setempat. Ini adalah tanda-tanda kecacatan etika, baik dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Dalam hal ini penulis mengambil permasalahan tawuran antar perguruan silat yang melibatkan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu permasalahan etika sosial yang marak terjadi di negeri ini.
Pengertian Tawuran
Tawuran merupakan perilaku kekerasan terbuka (overt) yang dilakukan oleh sekelompok pelajar atau mahasiswa (crowd). Hal ini bisa dikarenakan rasa setia kawan, balas dendam, salah paham, merasa terusik, ataupun sebab-sebab sepele lain (Rachman Assegaf 2004: 63).
Menurut Erwandi dalam Mawar Sheila (2001: 2) kata tawuran mengandung pengertian berkelahinya dua kelompok siswa atau pelajar secara massal disertai kata-kata yang merendahkan dan perilaku yang ditujukan untuk melukai lawannya.
Sedangkan menurut Imam Anshori Saleh (2004: 159-160) tawuran adalah perilaku kolektif yang “memberdayakan” potensi agresifitas negatif didasari oleh solidaritas kepelajaran dalam rangka menunjukan keunggulan jati diri tanpa memperhatikan norma, aturan dan kaidah agama meskipun berakibat sangat fatal dan mengganggu ketertiban dan kepentingan masyarakat. Imam Anshori Saleh
(2004: 141) perkelahian massal pelajar antar sekolah adalah bentuk-bentuk tindakan kekerasan yang terjadi antara dua kelompok pelajar yang berbeda sekolah yang satu sama lain mempunyai perasaan permusuhan atau persaingan.
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan Perguruan Silat adalah organisasi bela diri yang terdiri dari beberapa perguruan yang anggotanya mulai dari kalangan pelajar maupun umum. Sehingga pengertian tawuran Perguruan Silat adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok anggota perguruan silat A dan anggora perguruan silat B yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh pelajar yang menjadi anggotanya.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia pelajar digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan pelajar (juvenile deliquency). Kenakalan pelajar, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para pelajar yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa pelajar seorang pelajar akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para pelajar bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
Penyebab Tawuran Perguruan Silat Yang Melibatkan Pelajar
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya:
a. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Pelajar yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.
Para pelajar yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para pelajar juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang pelajar biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu:
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan di dalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi pelajar maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar.
Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa pelajar.
Menurut Hirschi (Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan pelajar dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para pelajar pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya. Sekolah merupakan wadah untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk pelajar menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu.
Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dalam hal ini adalah teman-teman sesama anggota perguruan silat, memang tidak semua ikut terlibat dalam tawuran namun biasanya minoritas anggota inilah yang mengajak anggota lain demi alasan harga diri dan persaudaraan. Kalau sudah bawa nama perguruan masalah sekecil apapun mudaha menyulut emosi sehingga mudah terjadi tawuran.
Hal Yang Menjadi Pemicu Tawuran
Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar anggota perguruan silat lain. Bahkan saling rebutan wanita dari perguruan silat bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya, terutama yang dirasa merendahkan harkat martabat perguruan silat yang di ikutinya.
Dampak Tawuran Perguruan Silat Yang Melibatkan Pelajar
Beberapa dampak negatif dari terjadinya tawuran pelajar adalah:
a. Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
b. Masyarakat sekitar juga dirugikan, contohnya: rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
c. Terganggunya proses belajar mengajar
d. Menurunnya moralitas para pelajar
e. Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai.
Cara Mencegah Tawuran Antar Perguruan Silat
Dalam usaha mengatasi tawuran antar anggota perguruan silat yang melibatkan para pelajar baik pencegahan maupun penanggulangan pasca kejadian, hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
a. Memberikan pendidikan etika dan moral untuk para pelajar
b. Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
c. Memberikan perhatian yang lebih untuk para pelajar yang sejatinya sedang mencari jati diri
d. Memfasilitasi para pelajar untuk baik di lingkungan rumah atau di lingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya: membentuk ikatan pelajar masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap pelajar mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya
e. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pelajar zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi pelajar.
Kesimpulan
Tawuran perguruan silat yang melibatkan pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh pergruan silat A dan perguruan silat B dimana salahs atu atau beberapa anggotanya dari kalangan pelajar.
Faktor yang menyebabkan tawuran perguruan silat tidak hanya datang dari individu pelajar itu sendiri melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya anggota perguruan silat lain dan bahkan hanya ikut-ikutan anggota sesama perguruan silat.
Dampak tawuran perguruan silat tidak hanya berimbas pada pribadinya juga berimbas pada masyarakat serta proses belajar mengajar di sekolahnya.
Dalam penanggulangan tawuran perguruan silat yang melibatkan pelajar pada dasarnya diharapkan adanya pembelajaran etika dan moral sehingga pelajar tersebut dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat baik di sekolah maupun luar sekolah.
Saran
Dalam menyikapi masalah pelajar terutama tentang tawuran perguruan silat seperti yang dijelaskan diatas, penulis memberikan beberapa saran. Diantaranya adalah:
1. Adanya penanaman etika dan moral baik dalam lingkup keluarga, sekolah maupun organisasi pencak silat
2. Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir yang baik untuk para pelajar
3. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
4. Organisasi pencak silat sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya terutama prestasi dalam pencak silat.
Daftar Pustaka
- Kartono, Kartini. 2010. Patologi Sosial 2 Kenakalan Pelajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
- Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial 2 Kenakalan Pelajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada