Manusia prasejarah tidak menulis. Mereka berbicara dan harus menghafalkan semuanya dengan tepat! 5300 tahun lalu, para petani di timur mulai mengukir simbol-simbol di tanah lihat. Penemuan tulisan ini menandai akhir dari zaman prasejarah, dan sejarah dimulai.
Pada mulanya, orang tidak menulis dengan huruf-huruf yang kita gunakan sekarang, tetapi dengan gambar-gambar kecil. Tiap gambar mewakili objek sehari-sehari. Gambar-gambar itu dusebut “piktogram”.
Manusia mulai menulis agar dapat mengingat dengan lebih baik. Pada awalnya, para petani menggunakannya untuk mencatat jumlah kepemilikan mereka. Pada saat itu mereka mencatat jumlah karung gandum yang sudah mereka panen, atau jumlah kambing yang mereka miliki.
Bangsa Sumeria menggunakan tulisan berupa simbol-simbol berbentuk runcing, yang mewakili suku kata atau objek.
Bangsa Mesir menciptakan tulisan dengan simbol-simbol yang rumit berupa hieroglif. Tulisan ini berfungsi untuk menceritakan kisah-kisah para dewa.
Sementara itu bangsa Tiongkok menciptakan tulisan yang tiap simbolnya mewakili sebuah gambar objek atau kata.
Kemudian alfabet pertama ditemukan. Alfabet ini lebih sederhana simbol-simbolnya tidak mewakili objek maupun ide, tetapi sebuah huruf. Jika dirangkai, kita bisa membentuknya menjadi kata yang berbeda-beda. Setiap masyarakat dapat mengembangkan alfabetnya masing-masing.
Nahkan ada alfabet yang terdiri dari titik-titik kecil yang timbul. Namanya huruf braille. Huruf ini digunakan agar orang-orang tunaetra dapat membaca.
Bangsa Mesir kuno menulis di atas lembaran-lembaran papirus. Papirus adalah sebuah tanaman yang tumbuh di tepi sungai Nil.
Bangsa Romawi pada abad pertengahan menggunakan perkamen. Perkamen terbuat dari kulit binatang yang dikerok.
2000 tahun lalu, bangsa Tiongkok menciptakan kertas dari pasta kulit kayu serta kain yang ditumpuk dan ditekan menjadi lembaran-lembaran yang sangat tipis.
Bangsa Mesir menulis menggunakan alang-alang yang diisi dengan tinta. Di Prancis pada masa Louis ke-14, orang-orang menulis di atas kertas dengan mencelupkan sehelasi bulu angsa ke dalam wadah tinta. Kemudian mereka menemukan pena tulis dan pensil, kemudian pena tertutup seperti bolpoin diciptakan.
Pada abad pertengahan untuk memproduksi buku dalam jumlah banyak, para biksu menyalin semuanya dengan tangan. Sungguh memakan waktu yang lama.
Sementara itu bangsa Tiongkok menemukan cara yang sedikit lebih cepat, mereka menyalin setiap halaman menjadi pahatan kayu. Mengolesi huruf-hurufnya dengan tinta kemudian meletakkan selembar kertas di atasnya. Cara kerjanya seperti stempel.
Di akhir abad pertengahan, Gutenberg orang jerman memiliki ide untuk menempa timah dan membentuk setiap huruf secara terpisah. Untuk mencetak satu halaman, mereka hanya perlu menaruh huruf yang membentuk kata-kata ke dalam sebuah bingkai lalu melapisi seluruhnya dengan tinta dan menekan lembar kertas di atasnya.
Kini kita menggunakan mesin-mesin besar yang bekerja dengan komputer. Dengan mesin itu bisa menghasilkan ribuan salinan buku hanya dalam beberapa jam.