Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak SMK

Makalah Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak SMK

Posted on

Sebagian orang tua mempunyai pemikiran bahwa anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah saja, dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Orang tua menumpu harapan tinggi terhadap sekolah tanpa memperhatikan perkembangan anaknya, yang penting biaya terbayarkan maka semuanya beres padahal keberhasilan siswa di sekolah bukan ditentukan oleh guru saja melainkan dukungan dan perhatian orang tua di rumah.

Penulis yang sekaligus sebagai guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Kejuruan memahami betul permasalahan siswa yang disebabkan kurangnya perhatian di lingkungan keluarga. Orang tua hanya sebatas memenuhi biaya seperti mebayar baju, memberi uang saku, membawakan bekal untuk makan siang tanpa bertanya tentang sejauh mana anak tersebut memahami pelajaran bahkan bertanya pengalaman yang di dapat selama di sekolah.

Baca: Makalah Pendidikan Sex Untuk Pelajar

Di sisi lain, tidak sedikit orang tua yang menuntut sekolah harus berbuat seperti yang dikehendaki dan kecewa jika hasil di sekolah tersebut tidak sesuai dengan harapannya. Fenomena keliru ini harus segera diluruskan agar tanggungjawab tinggi muncul dalam keluarga sehingga orang tua juga berperan sebagai guru di rumah.

Dalam Teori ekologi Bronfenbrenner (1979) menjelaskan mengenai perkembangan anak yang dipengaruhi oleh sistem interaksi yang kompleks dengan berbagai tingkatan lingkungan sekitarnya yang mencakup interaksi yang saling berhubungan antara di dalam dan di luar rumah, sekolah dan tetangga(masyarakat) dari kehidupan anak setiap hari dalam kurun waktu yang sangat lama. Interaksi ini menjadi motor atau penggerak perkembangan anak yang merupakan pusat dari lingkaran, dikelilingi oleh berbagai sistem interaksi yang terdiri dari sistem mikro, sistem meso, sistem exo dan sistem makro.

Sistem Mikro adalah lingkaran yang paling dekat dengan anak yang meliputi kegiatan dan pola interaksi langsung dari anak dengan lingkungan terdekatnya seperti interaksi dengan orang tua, kakak dan adik kandungnya, sekolah, serta teman sebaya. Hubungan dua arah yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang dan intensif di lingkungan terdekat ini mempunyai dampak terbesar dan mendalam pada perkembangan anak.

Sistem Meso adalah lingkaran interaksi dan kesesuaian hubungan antar komponen dalam sistem mikro anak yang sangat mempengaruhi perkembangan anak seperti hubungan antara rumah dan sekolah. Orang tua yang tidak terdidik dan tidak menghargai pentingnya hubungan dengan sekolah kelompok bermain/sekolah, dan yang tidak berbicara dengan bahasa yang digunakan di sekolah anak, akan menyebabkan anak mengalami banyak masalah dalam menerapkan pembiasaan di kelompok bermain dan juga dalam melejitkan potensi kecerdasan jamak anak usia dini.

Sebaliknya bila hubungan antar komponen tersebut serasi dan kuat, menyebabkan anak memiliki kemampuan akademik yang baik. Prinsip utama dari sistem meso adalah semakin kuat dan saling mengisi interaksi antar komponen dalam sistem meso, semakin besar pengaruh dan hasilnya pada perkembangan anak.

Sistem Exo merupakan lingkaran dalam sistem sosial yang lebih besar dan tidak berperan secara langsung terhadap anak, dan anak juga tidak langsung berperan di dalamnya, tetapi interaksi komponen dalam sistem ini seperti dalam bentuk keputusan pada tataran sekolah yang mempunyai hubungan dengan anak, berpengaruh terhadap perkembangan anak. Keputusan-keputusan dari tempat kerja orang tua, komite sekolah, atau sekolah perencanaan adalah contoh dari sistem exo yang dapat mempengaruhi anak baik positif maupun negatif meskipun anak tidak langsung terlibat dalam sekolah-sekolah tersebut. Contoh lain adalah kekejaman orang dewasa yang terjadi di lingkungan tempat tinggal anak dapat berpengaruh pada kesulitan anak untuk tidur.

Sistem Makro merupakan lingkaran terluar dari lingkungan anak yang terdiri dari nilai-nilai budaya, hukum dan peraturan perundangan, adat kebiasaan, kebijakan sosial dan lain sebagainya. Seluruh komponen dari sistem ini juga berpengaruh terhadap perkembangan.

Untuk menjawab fenomena ini strategi yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling adalah menerapkan layanan kolaborasi, home visit/ kunjungan rumah supaya orang tua ikut berperan aktif dalam pendidikan akademiknya maupun tingkah-laku anak supaya karakter baik bisa tumbuh hingga dewasa nanti.

 

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terjalin dengan orang tua?
3. Bagaimana peran orang tua terhadap anak di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

 

Tujuan

1. Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengkaji hubungan sebuah sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan orang tua
2. Memahami hubungan antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan orang tua
3. Memahami tugas sebagai guru Bimbingan dan Konseling dalam membina hubungan dengan orang tua.

 

Manfaat

1. Manfaat bagi penulis adalah dapat memahami hubungan guru Bimbingan dan Konseling terhadap orang tua atau wali murid
2. Agar tulisan ini dapat dikembangkan oleh pembaca sehingga pemahaman mengenai peran orang tua terhadap anak itu sangatlah penting demi keberhasilan di masa yang akan datang.

 

Peran Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Masa depan anak sesungguhnya ada ditangan kedua orang tuanya, bila orang tua senantiasa memperhatikan perkembangannyaa niscaya masa depan jauh lebih baik. Anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) membutuhkan pendampingan orang tua baik itu di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Menginjak usia Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) rasa ingin tahu anak sangatlah besar, terutama hal baru yang belum pernah ia coba. Bisa dikatakan karena rasa ingin tahu itulah menyebabkan anak mudah terpengaruh hal-hal negatif yang menghambat perkembangan belajar.

Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Orang tua memiliki kewajiban dan tanpa ada yang memerintah langsung memikul tugas sebagai guru, baik yang bersifat pemelihara, pengasuh, pembimbing maupun sebagai guru dan mereka sebagai pemimpin bagi anak-anaknya.

Perjalanan seorang anak menuju kedewasaan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor alam dan lingkungan, oleh karena itu perlu adanya peran orang tua serta pihak lain seperti guru dan masyarakat untuk membantu proses tersebut agar kedewasaan seorang anak tidak terhambat.

Orang tua dan guru juga perlu memahami arti kreativitas dan bagaimana penampilannya jika dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak dan mereka perlu memiliki keterampilan untuk membantu dan mendorong anak mengungkapkan daya kreatifnya, menyadari pentingnya kreativitas bagi anak dan bagi guru sendiri mampu menemukan kendali kreativitas pada anak dan membina mereka mengembangkan kesediaan dan keberanian untuk mewujudkan kreativitas mereka.

Perkembangan merupakan rangkaian proses perubahan kearah yang lebih maju dan lebih dewasa. Mengembangkan kreativitas sangat penting bagi perkembangan anak karena ada beberapa perilaku yang mencerminkan perilaku kreativitas alamiah menjadi nyata seperti menjajaki lingkungannya, dan rasa ingin tahu mereka sangat besar. Oleh karena itu orang tua, guru Bimbingan dan Konseling serta masyarakat bertanggung jawab atas pemeliharaan, perhatian dan penyediaan lingkungan fisik dan sosal yang kondusif bagi perkembangan anak-anak.

 

Hubungan Guru BK Dengan Orang Tua

Berkomunikasi dengan orang tua merupakan salah satu tanggungjawab guru Bimbingan dan Konseling. Demikian juga dengan orang tua, mereka perlu menjalin komunikasi dengan guru. Komunikasi timbal balik ini akan sangat efektif untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada anak usia Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Orang tua dan guru saling berbagi informasi baik mengenai program sekolah maupun tentang perkembangam individu anak.

Orang tua dapat mengetahui program-program yang akan dan sedang dilaksanakan oleh sekolah. Di samping itu juga dapat memberi saran serta kritikan tentang pelaksanaan program – program dan saling bekerja sama demi kemajuan sekolah tersebut. Guru juga dapat menginformasikan dan berdiskusi tentang perkembangan anak selama mengikuti kegiatan di sekolah tersebut dan juga menggali informasi dari orang tua tentang berbagai hal mengenai anak tersebut.

Kegiatan berkomunikasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Baik secara formal maupun informal, baik secara tertulis maupun lisan. Akan tetapi bukan hal yang mudah baik bagi guru Bimbingan dan Konseling maupun orang tua untuk menjalin komunikasi dua arah secara efektif. Ada banyak kendala baik dari guru maupun orang tua.

Panduan ini memuat tentang strategi berkomunikasi antara guru dan orang tua melalui papan informasi, buku komunikasi, buku profil sekolah, surat, home visit, dan pertemuan guru Bimbingan dan Konseling dengan orang tua.

a. Komunikasi Dua Arah dengan Orang Tua

1. Menyampaikan informasi tentang kebijakan dan program kegiatan yang ada di
2. Menjalin kerjasama antara sekolah dan orang tua dalam melaksanakan program sekolah
3. Berdiskusi tentang perkembangan anak dan permasalahan yang dihadapi oleh masing – masing anak
4. Berbagi pengalaman dan gagasan dalam memberikan bimbingan kepada anak
5. Bertukar informasi mengenai perkembangan anak yang ada di sekolah dan di rumah
6. Memperoleh informasi yang membantu pemahaman mengenai berbagai aspek tentang kemajuan tumbuh kembang anak.

b. Strategi Komunikasi Guru Bimbingan dan Konseling dengan Orang Tua

1. Layanan Kolaborasi

Salah satu cara mendekatkan anak dengan orang tua adalah dengan pemberian layanan kolaborasi. Layanan ini mengajak anak, orang tua, guru Bimbingan dan Konseling serta pihak lain seperti waki kelas utuk sama-sama membimbing anak.

Semakin erat hubungan antar personal maka guru Bimbingan dan Konseling mudah menjalankan program yang telah disusun sebelumnya sehinga kebutuhan anak dapat terpenuhi.
Layanan kolaborasi dimulai dengan mengundang orang tua/ wali murid untuk datang ke sekolah membicarakan perkembangan anak selama di sekolah sehingga informasi akademik maupun sikap dapat tersampaikan dengan baik. Bila ada hal negatif tentang diri anak, orang tua ikut andil dalam membimbingnya.

Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses interaksi di antara beberapa orang yang berkesinambungan.

2. Home Visit/ Kunjungan Rumah

Home visit salah satu cara guru Bimbingan dan Konseling dekat dengan orang tua terutama bagi yang tidak punya waktu datang ke sekolah. Guru rela mendatangi orang tua bagi siswa yang bermasalah sehingga perkembangan anak selama belajar di sekolah dapat tersampaikan.

Menurut Prayitno (2015:2) Home visit merupakan upaya yang dilakukan untuk mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu yang menjadi tanggung jawab konselor (guru BK) dalam pelayanan konseling. Home visit merupakan kegiatan pendukung dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling

3. Menjalin Komunikasi Melalui Aplikasi Pesan Instan

Cara paling mudah menjalin komunikasi dengan orang tua adalah dengan memanfaatkan aplikasi pesan instan seperti WhatsApp dan Telegram. Sekarang ini hampir semua orang tua memiliki smartphone sehingga bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh guru Bimbingan dan Konseling sebagai sarana komunikasi.

Komunikasi ini tentu dimulai dengan mendapatkan nomor orang tua terlebih dahulu, di sini guru Bimbingan dan Konseling bisa memberikan angket kepada siswa tentang data orang tua, salah satunya memuat tentang nomor telepon. Setelah data nomor telepon didapatkan baru melakukan komunikasi dengan orang tua.

Bagi yang tidak memiliki smartphone bisa dengan telepon maupun mengirimkan pesan singkat melalui SMS. Bisa semua tidak terpenuhi maka guru Bimbingan dan Konseling bisa mengundangnya ke sekolah atau dilakukan home visit.

 

Simpulan

Berbagai persoalan yang dihadapi oleh guru Bimbingan dan Konseling di era globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid antara pihak sekolah itu sendiri dengan orang tua/ wali murid. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan sekolah dengan orang tua menjadi kunci sukses di dalamnya.

Dan ketika hubungan sekolah dengan orang tua ini dapat berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama yaitu terlaksananya proses pembimbingan di sekolah secara produktif, efektif, efisien dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spritual dan sosial.

 

Saran

1. Untuk Sekolah

Semua warga sekolah seharusnya ikut berperan aktif melakukan singergi dengan orang tua/ wali murid, laporan sederhana tentang perkembangan anak di sekolah sebenarnya sangat ditunggu oleh orang tua.

2. Untuk Orang Tua

Lebih memperhatikan perkembangan anak baik itu ketika di sekolah maupun di luar sekolah dalam konteks lingkungan keluarga dan bermasyarakat. Memotivasi anak agar memiliki rasa ingin belajar yang tinggi, agar ada rasa kebanggaan bagi orang tua sendiri, sekolah, ataupun masyarakat umumnya.

3. Untuk Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling tetap mempertahankan program yang telah ada seperti layanan kolaborasi dan home visit/ kunjungan rumah. Sinergi guru Bimbingan dan Konseling Bersama orang tua sangatlah penting untuk sama-sama membimbing anak di sekolah maupun di luar sekolah.

 

Daftar Pustaka

  • Ramdani, (2020). Strategi Kolaborasi Dalam Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jurnal Bimbingan dan Konseling
  • Prayitno dan Erman Amti, (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta,
    Rineka Cipta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.