Pengertian buzzer politik adalah menggerakkan orang untuk menyerang lawan politiknya dengan menggunakan akun sosial yang ada. Dalam penggunaan yang lebih luas medianya bukan hanya sosial media, namun portal berita online juga sebagai tempat sasaran buzzer politik.
Di atas adalah penjelasan singkat tentang buzzer politik, namun apakah Anda tahu pengertian dan tujuan yang sebenarnya hadirnya buzzer politik? untuk menjawabnya mari simak penjelasan berikut ini.
Istilah buzzer politik sering muncul di tayangan televisi terutama pada acara debat seperti Indonesia Lawyer Club (ILC), jujur TERAA.NET sendiri tahu dari sana sehingga bisa menyimpulkan buzzer politik itu seperti apa.
Baca: Pengertian Influencer dan Manfaatnya
Pengertian Buzzer Politik
Buzzer berasal dari bahasa asing yang artinya lonceng atau alarm, dalam kehidupan sehari-hari lonceng ini sebagai pemanggil atau memberitahukan dan mengumpulkan orang untuk berkumpul atau melakukan sesuatu. Kalau di Indonesia lebih popular menggunakan kentongan, sedangkan lonceng juga masih dipakai namun biasanya oleh umat kristen.
Sebelum tahun 2010 buzzer ini tidak ada namun seiring berkembangnya jumlah pengguna sosial media barulah muncul. Masih teringat dalam ingatan kita dalam pilpres Jokowi melawan Prabowo, di situlah peran buzzer sangat vital untuk menentukan calon tersebut memenangkan pemilu.
Media yang digunakan oleh buzzer adalah Facebook, Twitter, WhatsApp, YouTube, dan portal berita online.
Cara Kerja Buzzer Politik
Setelah Anda tahu pengertian buzzer politik sekarang lanjut pada cara kerjanya. Namun sebelum itu harus tahu tujuan dari buzzer politik itu apa?
Buzzer politik hadir untuk membangun opini supaya orang tersebut mendapatkan citra positif di mata masayarakat dengan membangun trush/ kepercayaan bahwa apa yang dilakukan orang tersebut baik. Disamping itu buzzer politik bakal mencari kelemahan lawan politiknya dengan menjelekkan atau membangun opini negatif kepada masyarakat.
Melihat karakter bangsa Indonesia yang rata-rata raknyatnya mudah percara sama berita online dengan tidak menegcek kebenaran membuatnya cepat tercapai. Para buzzer ini akan bekerja setelah mereka dibayar atau dipesan untuk menyerang lawan politiknya.
Tentu mereka mempunyai ribuan akun sosial media yang siap untuk menyerang. Akun tersebut bisa didapatkan dari hasil mencuri, membeli, atau membuatnya sendiri. Semakin banyak akun maka sasarannya juga semakin luas.
Contoh sederhana perhatikan video YouTube yang membahas tentang pemerintahan (presiden, menteri, kebijakan, dll), terus perhatikan komentar di bawahnya. Kalu komentarnya banyak yang negatif, jumlahnya tidak sebanding yang positif itu adalah ulah buzzer politik. Apapaun yang dilakukan pemerintah di mata mereka selalu salah. Bahanya ketika orang yang melihat video tersebut ikut membaca komentar negatif, maka opininya ikut tergiring ke pemikiran negatif.
Lebih parah lagi buzzer ini akan menyerang portal berita online, silahkan cek saja di detik, kompas, liputan6, dll, pokoknya ngerilah ulah mereka ini.
Buzzer Politik Tidak Terkontrol
Buzzer politik yang menggunakan Facebook dan Twitter lebih berbahaya karena setiap orang bisa membuat postingan. Selain bermain di komentar, para buzzer ini akan membuat topik tertentu di akun sosial media kemudian yang like, share, komentar adalah buzzer itu sendiri.
Kemudian dibagikan lagi ke penguna Facebook dan Twiiter, bagi yang awam mungkin cepat percaya kemudian dibagikan lagi ke followernya. Kalau sudah begini rantai penyebaran topik tersebut tidak terhenti.